Coklat Panas, Senja dan Hujan :)

Senja baru saja bercerita tentang Ilalang di musim kemarau. Ilalang yang meranggas ditebas mimpi hujan yang tak kunjung datang.

Surat Subuh

Jika Tuhan menguji kita dengan kisah ini, aku malu, karena ternyata aku akan kalah. Maaf, jika kali ini, aku menyerah

19.22

Kita tuliskan saja dulu, tanpa judul, tak apa, selesaikan paragraf pertama, lanjutkan lagi bila cerita telah bertambah, ya, siapa tahu bertambah, kan? Walau tokohnya hanya kita, kau-aku, siapa tahu, akan jadi beberapa paragraf, bab, atau bahkan sebuah buku nantinya. Tuliskan saja dulu, niatkan, boleh setelahnya, baru kita beri judul, dan untuk akhir, kita berserah saja pada'Nya, bagaimana? :)

Hari Dua Belas

dua belas hari, atau sebelas? atau tiga belas?
diam-diam kau mengetuk, kubukakan, sengaja menyuruh masuk
aku mengabaikan tentang "bagaimana nanti?"

bagaimana nanti aku
bagaimana nanti kau
bagaimana nanti kalau--

abaikan, berpura-puralah tak ada lagi tentang "bagaimana nanti"-itu
kita masih mengharap pertemuan,
dan perpisahan (yang jauh hari sudah kurencanakan)-maaf

tak ada kau
tak ada aku
yang tersisa hanya kalau
(Kalau kukenal kau sebelum kenal puisi
Semua puisi kutulis kau)*


*Kalau, Puisi Karya Gita Romadhona
Musim ini tidak mudah, kau tahu. Ketika kau tidak lagi bisa memastikan akan hujan ataukah kering yang panas di luar sana. Lagi-lagi, kita berharap saja, sambil menatap ke langit, semoga hari lebih ramah, hingga semua kegiatanmu terjaga.
Purwokerto hari ini panas gerah. Tak ada kegiatan apapun, hanya berdiam di rumah, membaca pesan-pesanmu, mengingatMu. Semoga tak pernah alpa bersyukur.


Semua orang berproses. Saya percaya itu. Sangat percaya. Saya mengalaminya dan sedang dalam proses. Sayangnya, beberapa orang sering kali semena-mena menetukan proses orang lain. Menilai dan menghakimi, Menuding dan memberi label. Benar salah. Bagus tidaknya hanya berdasarkan stigma mereka sendiri. Orang-orang yang tidak mengjargai sebuah proses. Saya benci mereka.

Saya tahu dengan jelas arah yang sedang saya lewati. Beberapa kali harus tanjakan atau persimpangan-persimpangan, sayalah yang menentukan. Benar, saya mencari arah, tetapi tidak dengan jalan pintas yang tanpa saya tahu alasannya mengapa saya memilih jalan itu. Saya orang yang butuh sebuah alasan untuk sebuah keputusan. Saya bukan orang yang hanya sekedar mencari sebuah pujian. Bagi saya, itu sama sekali tidak ada nilainya.